Sabtu, 04 Oktober 2014

Prasasti Badar dan Uhud



Bismillahirrahmanirrahim
Kebangkitan dan keterpurukan Islam sangat erat kaitannya dengan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam itu sendiri. Bila umat Islam seluruhnya telah memegang teguh apa yang telah disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya, niscaya kebangkitan Islam akan terus hidup kokoh dan tak akan runtuh diterjang serangan kaum kafirin, kecuali bila Allah berkehendak lain. Sebaliknya, bila umat Islam mulai melupakan ajaran agamanya sendiri, niscaya sedikit demi sedikit Islam akan runtuh dengan sendirinya, bahkan bila kaum kafir tak menyerang sekalipun. Karena memang sejatinya nyawa dari agama Islam adalah ajaran Islam itu sendiri yang telah terekam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Agama Islam adalah agama yang sempurna. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT dalam QS. Al-Maidah (5):3, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” Jelas sudah bahwa Allah telah menyempurnakan agama ini. Agama ini tak perlu lagi perbaikan. Agama ini tak perlu lagi renovasi apalagi aransemen. Justru umat Islam saat inilah yang memerlukan perbaikan dan renovasi. Perbaikan keimanan dan pemahaman akan ajaran Islam serta pengamalannya. Pemahaman akan ajaran Islam yang murni, yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya.
Kebangkitan Islam takkan pernah terwujud bila umat Islam sendiri masih saling menyalahkan satu sama lain. Masih saling hujat satu sama lain. Kebangkitan agama ini justru akan semakin jauh bila pemeluknya selalu berselisih dan menganggap dirinya yang paling benar, padahal kebenaran hanya ada pada Allah dan Rasul-Nya, kebenaran itu ada pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. “Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’ (4):59)”. Maka jika semuanya merasa telah kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, hendaknya kaum muslimin menghormati perbedaan pendapat itu. Bukankah para sahabat yang sama-sama hidup pada zaman Rasul pun kadangkala berbeda pendapat? Namun bagaimana sikap para sahabat? Mereka tetap menyayangi satu sama lain karena Allah.
Berbagai rentetan peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW hendaknya menjadi pelajaran berharga yang selalu kita ambil ibrohnya. Tentu umat Islam belum lupa dengan dua perang besar yaitu perang Badar dan perang Uhud. Perang yang begitu tersohor yang mengisi lembaran sejarah Islam dengan akhir yang saling bertolak belakang. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT telah menceritakan dengan jelas mengapa perang tersebut memiliki akhir cerita yang berbeda. 
Perang badar, perang yang membawa kemenangan bagi kaum muslimin. Padahal umat Islam yang ikut dalam peperangan berjumlah sedikit, sebagaimana yang telah Allah kisahkan dalam firman-Nya, QS. Ali Imran (3):123, “Sungguh Allah telah menolong kalian dalam perang Badar, padahal kalian dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kalian mensyukuri-Nya.”

to be continued insyaAllah...